Judul: The Summer I Turned Pretty
Penulis: Jenny Han
Genre: Young Adult, Romance, Realistic Fiction
Bintang: ♥♥♥
Sinopsis:
Seorang Gadis.
Dua orang pemuda.
Dan. musim panas yang mengubah segalanya.
Setiap kali musim panas tiba, lsabel (Belly) dan keluarganya menghabiskan waktu bersama keluarga Conrad dan Jeremiah di rumah musim panas mereka di Cousins Beach-sejak mereka masih belia. Tahun demi tahun berlalu. Namun musim panas kali ini, Conrad dan Jeremiah telah menjadi pemuda-pemuda yang mencuri hati para gadis, sementara si anak bawang Belly telah menjelma menjadi seorang gadis remaja yang rupawan.
Belly telah memuja Conrad semenjak ia dapat mengingat hal itu. Namun, Jeremiah lebih lugas dalam mengutarakan isi hatinya. Di antara keduanya, hadir Cam—seseorang yang muncul dengan perhatian mendalam di masa kecil mereka.
Apakah musim panas kali ini akan menjadi musim panas berbeda yang akan mengubah segalanya?
My Review:
Aku berekspektasi tinggi waktu baca buku ini karena temanku bilang trilogi Summer ini bagus banget. Jadi begitu tahu tema baca bareng BBI bulan Desember ini salah satunya adalah liburan, aku pun mengambil buku ini dari rak bukuku dan mulai membacanya.
Aku kurang begitu suka dengan cover terjemahannya, lebih suka dengan cover buku aslinya yang meski nggak ada bunga mataharinya tapi nuansa musim panas dan liburannya lebih berasa.
Ceritanya sendiri sangat ringan. Mungkin karena lebih realistik, saat baca aku bisa menempatkan diriku di tempat Belly. Gaya penceritaannya bikin aku ingat lagi kenangan masa kecil di mana tiap akhir tahun aku sekeluarga biasa pergi ke Puncak untuk menghabiskan tahun baru bersama keluarga besar di sebuah villa di Puncak Resort. Bedanya, nggak ada dua cowok ganteng yang bikin berdebar-debar kayak Conrad dan Jeremiah aja hahaha... kalau ada mungkin lebih semangat kali, ya liburannya.
Di awal buku, aku agak merasa bosan karena hampir nggak ada konflik apa-apa. Tapi anehnya meski gitu-gitu aja, nggak sampai bikin aku berhenti baca. Malah terus penasaran untuk tahu apa lagi yang dialami Belly selama liburan itu. Aneh. Sepertinya memang kekuatannya si penulis ada di sini, ya. Ngalir banget. Mulai ke belakang baru deh ada konflik, tapi lagi-lagi nggak terlalu 'wah' banget.
Singkat kata, buku ini nggak jelek, kok. Aku masih mau baca buku kedua dan ketiganya. Entah kenapa masih merasa kepo mau tahu di buku-buku berikutnya si Belly bakal ngapain lagi sama Conrad dan Jeremiah.
Hmm... kalau disuruh milih antara Conrad dan Jeremiah, kayaknya aku lebih memilih Jeremiah. #anti-mainstream
XOXO,