Sabtu, 20 Oktober 2018

[BLOG TOUR] Wawancara Bersama Kak Windry Ramadhina


Topik utama hari ini:
Orin si Penguin

NGEWAWANCARA

Kak Windry

Halo, halo, teman-teman dan para pengunjung semuanya! Apa kabar, nih? Akhirnya, setelah cukup lama waktu berlalu, Orinthia's Bookshelf muncul kembali sebagai Host untuk Blog Tour novel terbarunya Kak Windry Ramadhina yang berjudul Song for Alice. Di mata aku, kayaknya ini cover novel Kak Windry yang paling cantik, deh. Sederhana desainnya dan warnanya juga warna favorit aku banget. Paket komplit favorit Orinthia. Hehehe.

Seperti di dalam jadwal yang tertera pada banner di atas, Orinthia's Bookshelf mendapatkan kehormatan menjadi pembuka rangkaian blog tour yang akan berlangsung sampai tanggal 9 November 2018 nanti. Jangan lupa untuk terus mengikuti seluruh rangkaiannya, ya. Apalagi kalau kepengin banget punya satu eksemplar buku ini secara gratis. Di blog ini sendiri, giveaway-nya bakal diadakan pada tanggal 22 Oktober 2018.

Tapiiiii... sebelum mikirin soal gratisan, ayo kenalan dulu sedikit sama Kak Windry!



WINDRY RAMADHINA lahir dan tinggal di Jakarta; percaya atau tidak, mampu mendengarkan berbagai bentuk rock, yang paling keras sekalipun. Dia menulis fiksi sejak 2007. Buku-bukunya banyak bercerita tentang cinta, kehidupan, impian, dan harapan. Song for Alice adalah bukunya yang kesebelas.

Windry suka membaca surat dan menjawab pertanyaan. Dia bisa dihubungi lewat e-mail windry.ramadhina@gmail.com, Instagram @beingfaye, atau blog www.windryramadhina.com.


Nah, sekarang mari kita mulai saja yah wawancaranya!




Halo, Kak Windry. Apa kabar? Senang sekali bisa mendapat kesempatan buat tanya-jawab dengan kakak. Pertanyaan pertama, SONG FOR ALICE kan buku kesebelas yang kakak tulis, boleh tahu nggak apa sih yang membedakan buku ini dibandingkan buku-buku kakak yang lain? Dari mana kakak dapat idenya?


•••
Kabar saya baik, terima kasih. Semoga kamu dan pembaca lain juga dalam keadaan baik. 

Song for Alice memiliki nuansa perpaduan musik rock dan klasik yang belum pernah saya angkat dalam novel-novel sebelumnya. Nuansa ini melibatkan set lokasi cerita yang merupakan sekolah musik kecil di pinggir Jakarta. Salah satu konfliknya pun berhubungan dengan hal tersebut.

Idenya sendiri datang dari obrolan saya dengan Christian Simamora, pemilik Penerbit Roro Raya Sejahtera. Kami ingin membuat novel dengan tokoh musisi rock. Christian memberi saya kebebasan dalam mengembangkan kisah ini. Maka, saya memasukkan tema kehidupan dan keluarga yang memang sangat saya sukai.

•••

Oh, begitu ya, Kak! Ternyata dari obrolan bisa juga jadi ide cerita. Keren!
Ngomong-ngomong, kalau membaca dari ucapan terima kasih, kelihatannya kakak pernah mengalami kesulitan menyelesaikan buku ini. Boleh dong cerita sedikit pengalaman kakak gimana sampai akhirnya bisa merampungkan SONG FOR ALICE.


•••

Selama proses pengembangan hingga penulisan Song for Alice, saya menjadi sangat terikat dengan Arsen dan Alice. Saya sempat berhenti menulis selama satu (hampir dua) bulan di bab "Selamanya" dan merasa sulit untuk melanjutkan. Jika saya melanjutkan, saya harus melukai Arsen dan Alice dan saya terlalu menyayangi mereka. 

Saya sempat berpikir tidak akan bisa melanjutkan penulisan buku ini lagi. Yang kemudian membuat saya kembali membuka file Song for Alice adalah kata-kata para pembaca, bahwa mereka ingin ikut menyelami kisah Arsen dan Alice.

•••


Ya, ampun ternyata begitu. Curhat sedikit, aku juga waktu di bab "Selamanya" terpaksa berhenti sebentar buat tarik napas, ambil tisu, sesenggukan saking pedihnya hati penguin ini.... Aku mengerti perasaanmu, Kakak. Hik hik.... 

Pertanyaan berikutnya ya, Kak. Dari mana kakak mendapat inspirasi untuk kedua karakter utama #SongforAlice? Apakah ada orang-orang di sekitar kakak yang menginspirasi mereka?

•••

Tokoh Arsen saya dapatkan dari Adam Levine--di masa mudanya. Dahulu, dia musisi rock yang dinilai berbakat, sukses, digemari banyak perempuan, tetapi juga terkenal punya gaya hidup yang "bandel". Sosoknya sebagai musisi terinspirasi dari David Cook yang tampil seorang diri, bukan dalam band.  

Sementara itu, saat mengembangkan tokoh Alice, saya ingin menampilkan gadis yang sulit mengakui perasaannya. Yang mudah malu. Pada saat yang bersamaan, dia memiliki pembawaan kaku, serius, dan galak, bertolak belakang dengan karakter Arsen yang santai, sehingga interaksi mereka menjadi menarik. Musik klasik sangat cocok dengannya. Dan, saya berpikir, normalnya Alice tidak akan menyukai rock.

•••

Wow, Adam Levine... idola para wanita. Sama-sama cowok bandel yang bertobat, duh gemas~ 

Lanjut lagi ya, Kak. Di buku ini, nuansa musiknya sangat terasa dari rangkaian kata yang kakak tulis. Suka banget, deh. Padahal cuma kata-kata tapi kayak bisa kedengaran musiknya gitu. Apa kakak punya latar belakang dalam dunia musik? Rekomendasikan idola kesukaan kakak dong buat para pembaca supaya mereka juga bisa menikmati musik rock.

•••

Dalam hal musik, saya sebatas penikmat. Saya tidak bisa bermain musik. Tetapi, pasangan saya--juga anak saya--dekat dengan musik. Lilt terinspirasi dari anak saya. Selama lima tahun terakhir, setiap Sabtu, dia menghadiri kelas musik dan saya yang mengantarnya. Saya kerap melihat dia dan teman-temannya kerap berdiri di depan pintu kelas, mengintip ke dalam lewat lubang kaca yang ada di pintu tersebut. Saya selalu berpikir, suatu saat saya akan memasukkan mereka ke cerita.
Lagu-lagu yang saya sebutkan dalam Song for Alice adalah apa yang dahulu sering saya nikmati. Jadi, pembaca bisa mencoba mendengarkan "Lyla", "Love's Greeting", dan "Fur Elise". Jika tidak berhubungan dengan Song for Alice, saya akan menyarankan lagu-lagu lagu-lagu cantik dalam film Begin Again. Salah satunya, "Lost Stars" yang dibawakan oleh Adam Levine. Jika ingin sesuatu yang klasik, lagu-lagu The Beatles tidak pernah tergerus waktu.

•••


Aaaa... aku cinta sekali sama Lost Stars! Nanti aku juga mau dengerin lagu-lagu lain yang kakak rekomendasikan, ah~ Terima kasih banyak!

Sekarang pertanyaan yang terakhir, bagaimana kakak meluangkan waktu untuk menulis di sela-sela kesibukan bekerja dan menjadi mommy?

•••

Beberapa tahun belakangan ini, kehidupan saya berubah dan saya menyadari bahwa sisi penulis saya perlu banyak mengalah dari sisi-sisi saya yang lain. Tetapi, saya ingin tetap menulis selama masih memiliki sesuatu yang ingin saya ekspresikan. Saya menulis lebih perlahan saat ini, memanfaatkan sedikit waktu yang saya miliki dengan sabar. Biasanya, saya menulis saat anak saya sedang di sekolah dan pasangan saya sedang bekerja--tentunya setelah semua pekerjaan rumah selesai.

•••

Wah, semoga kakak akan terus dan terus menulis. Walaupun lama, nggak apa-apa. Aku rela menunggu karya-karya barunya Kak Windry! Terima kasih banyak sudah menyempatkan waktu untuk wawancara ini ya, Kak! Sukses selalu dalam segalanya!





Yak! Usai sudah wawancaraku dengan Kak Windry. Gimana? Apakah kalian jadi semakin pengin baca SONG FOR ALICE? Pastinya, kan! Penasaran dong sama sesuatu yang bikin Kak Windry sampai nyaris berhenti menulis di bab "Selamanya"? Ada apa sih yang terjadi di sana? Dilukai bagaimana? Kenapa?

Nah... Jadiiiii... besok aku akan ceritain pengalaman dan kesan-pesan aku saat baca buku SONG FOR ALICE. Untuk sekarang, silakan tinggalkan komentar tentang kesan-pesan kalian soal wawancara ini. Sampai ketemu lagi besok! Dadaaaaaaaah~


XOXO,








PS. Semua gambar yang ada di postingan ini aku gambar sendiri, jangan diambil, yah. Thank you~


Ikuti semua rangkaian BLOG TOUR A SONG FOR ALICE!


20 – 22 OKTOBER 2018 2018: ORINTHIA LEE

23 – 25 OKTOBER 2018:  LUCKTY GIYAN SUKARNO

26 – 28 OKTOBER 2018: PUTU RINI CIPTA RAHAYU

29 – 31 OKTOBER 2018 :MELANI I. S

1 – 3 NOVEMBER 2018: AINI EKA

4 – 6 NOVEMBER 2018 2018: ILMI FADILLAH

7 – 9 NOVEMBER 2018 2018: KHAIRISA RAMADHANI PRIMAWESTRI

10 komentar:

Baca novel ini sepertinya akan memberi banyak wawasan soal musik, dan penasaran bisa ngambil rekomendasi judul lagu apa saja nanti...😃

Unyu kak gambar buat wawancaranya xD
Jadi penasaran sama novel ini. Menunggu reviewnyaa

@Heni: mungkin lebih tepatnya bukan wawasan sih tapi nuansa rock dan klasiknya kental x"D

@Fitra: Terima kasih xD Penguinnya pengen eksis hehe... reviewnya udah tayang, ya! Semoga suka.

Semakin suka sama karya-karyanya kak Windry! Mungkin nggak yaa Arsen bisa menyingkirkan Kai Risjad—tokoh dalam novel Interlude—

Aku terkesan banget sama wawancaranya, kayak makin kenal sama kak Windry gitu😂

Selalu kagum dengan seorang ibu/istri yang harus mengurusi keluarganya, tapi masih menyempatkan diri untuk menulis.

Saya, sejak berumah tangga, jadi susah banget ngajak raga dan otak ini buat belajar nulis kayak pas masih lajang. Tapi alhamdulillah, masih selalu menyempatkan diri untuk membaca biar tetap waras. 😆

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Keren kak Windry, dari obrolan saja bisa bikin karya sekeren ini. Betewey nuansa musik rock nya kental banget, agak serem gak sih kak? Kan kalo ditipi pemain musik rock keker gitu😂. Hmm bab"Selamanya" Ada apa tuuuuh?, bikin nambah penasaran nih kak Pinguin😂. Aku jadi pengen kenalan lebih lanjut nih sama Alice dan Arsennya hehe

Aku ko interest banget ya sama gambar karakter buat wawancaranya, lucu banget gitu ada pinguinnya. sudah pasti buku ini bakal kompleks dengan musik2 rock, dan ada unsur sedihnya. Menarik, jadi pengen baca juga XD.

ide yang matang dan eksekusi yang baik selalu mampu membuat saya tergila gila sama karya karya kak Windry Ramadhina.

Kayaknya acaranya kece, kapan ya kira-kira bisa ketemu langsung sama kak windry. hm...
Salam, Kreta Amura

Posting Komentar