Judul: Evergreen
Penulis: Prisca Primasari
Penerbit: Grasindo
Genre: Romance, YA
Halaman: 203
Rating: ♥♥♥♥♥
Sinopsis:
Konichiwa! Selamat datang di Evergreen, kafe es krim penuh pelayan baik hati, lagu The Beatles akan melengkapi hari-harimu. Tempat yang menghangatkan, bahkan bagi seorang gadis pengeluh dan egois sepertimu, Rachel!
Di kafe itu, kau menemukan sebuah dunia baru, juga pelarian setelah dipecat dari pekerjaanmu. Menurutku itu bagus! Apa enaknya sih kerja jadi editor?
Namun, sebenarnya butuh berapa banyak kenangan dan sorbet stroberi untuk mengubah sifat egoismu? Atau yang kau butuhkan sebenarnya hanya kasih sayang? Mungkin dariku, si pemilik kafe? Hmmm?
Review:
Selain karena Kak Prisca sudah mencuri hati saya sejak membaca Eclair, buku ini pun menyuguhkan tema cerita yang memang saya suka. Dengan kisah seperti komik-komik Jepang berlatarkan cafe, Evergreen membawa saya dalam petualangan emosional yang baru dan memikat.
Cerita ini berkisah tentang Rachel, seorang gadis yang suka mengeluh dan sangat egois. Baginya, semua orang harus peduli padanya... segala hal harus berpusat padanya... tapi dia sendiri nggak peduli pada semua itu. Kalau dalam bahasa saya, orang seperti Rachel ini adalah vacuum cleaner, di mana dia menyedot perhatian semua orang sampai orang-orang di sekitarnya kelelahan tanpa henti. Nggak aneh kalau akhirnya teman-temannya pun memutuskan untuk kabur darinya. Iya, siapa juga yang nggak capek dengerin orang mengeluh, dan dikasih solusi tapi nggak didengerin?
Lalu, keadaan ini membawa Rachel ke Evergreen. Tempat yang begitu hangat dan penuh dengan senyum seakan-akan orang-orang yang bekerja di Evergreen nggak pernah merasakan yang namanya masalah. Tapi, tentu saja nggak ada orang yang benar-benar bebas dari masalah. Di Evergreen, Rachel mengalami banyak hal, melihat banyak hal, juga belajar banyak hal dari orang-orang yang ada di sana. Mulai dari belajar untuk
move on, sampai belajar untuk peduli pada orang lain.
Novel ini memberikan pesan moral yang banyak. Setiap konflik yang ada pada akhirnya bertautan menjadi satu kisah yang memuaskan. Bikin saya pengen makan es krim yang enak... astaga.
Kutipan yang paling saya suka dari novel ini adalah:
"Memaafkan. Kata yang lucu sekali, bukan?... Sesuatu yang sulit sekali diberikan. Padahal dengan melakukan itu berarti kita menyelamatkan hati kita sendiri. Pernahkah kau mendengar, bahwa ketika kau memaafkan seseorang, kau membuka lagi pintu rumah yang sebelumnya kau tutup rapat-rapat, yang telah membuat dirimu terperangkap dan kehabisan napas. Ketika kau memaafkan, kau pun bisa bernapas lagi. Dan hidup."
Saya percaya sekali dengan teori memaafkan ini sejak masih sekolah. Meski kadang ada kasus-kasus di mana memaafkan menjadi sesuatu yang sangat sulit dilakukan, tetap saja setelah melakukannya saya merasakan kelegaan yang tidak ada gantinya. Memaafkan, dan melupakan, begitulah cara manusia bisa hidup dengan nyaman.
Satu-satunya hal yang mengganggu saya di dalam novel ini adalah penggunaan kata cosplay untuk menyebutkan kostum dan aksesorisnya. Seharusnya disebut kostum saja, karena cosplay berarti seseorang yang mengenakan kostum dan atribut dari suatu karakter dari manga/anime/game dan berakting seperti karakter tersebut.
Really love the story! Rasanya ini novel terbaik dari Kak Prisca sejauh ini.
XOXO,
-----
Dibaca untuk:
- Posbar BBI tema kuliner
- IRRC 2014
- Lucky No. 14 Reading Challenge